Senin, 28 Februari 2011

Bagaimana Menulis Tanpa ada Mood?

Omjay di Jepara
Omjay di Jepara

Banyak orang tidak menulis pada keadaan tidak mood menulis. Sebab mood dijadikan alasan untuk tidak menulis. Padahal pada kondisi tidak mood itulah kita akan merasakan betapa indahnya menulis. Kita menjadi semangat menulis apa yang kita bisa dan apa yang kita kuasai. Tanpa mood orang masih bisa menulis kalau tahu caranya. Hal itulah yang saya sampaikan pada guru-guru PAUD di Jepara beberapa waktu lalu.

Tak perlu harus begini dan begitu. harus mengikuti tata bahasa yang baku dan justru membuat kita kaku dalam menulis. Mengalir saja seperti air.

Menulis ya menulis, tak perlulah dianggap susah. Ada mood atau tidak ada mood ya menulis saja. Menulis tentang kegalauan hati bisa menjadi tulisan tersendiri. Menulis ketidakmampuan menulis bisa menjadi cerita tersendiri. ungkapkan saja. Jangan berbelit-belit yang akhirnya melilit pikiran kita menjadi sulit.

Dalam Alam bawah sadar kita harus tertanam bahwa menulis itu mudah. Menulis itu bisa dilakukan oleh siapa saja. Masalahnya kita selalu menjaga gengsi. Padahal dalam dunia kepenulisan tidak ada yang terbaik. Semua sama saja. Kalau pun ada cuma dua kata saja laku atau layu. Itu yang saya dapatkan setelah membaca tulisan kong ragile di lapaknya.

Bagi tulisan yang laku maka dia akan diburu, karena tulisannya menginspirasi orang banyak. Tetapi bagi mereka yang tulisannya layu ya tak diburu. hanya dibaca sepintas, dan itulah buah dari pikiran kita yang terlalu diililit oleh aneka macam peraturan tulis menulis. Peraturan menulis membuat kita tak bisa menulis.

Menulis itu seperti kita ngomong. lancar saja. Bahkan ada yang bilang kayak ngegosip. Ajak pembaca untuk berbicara kepada tulisan kita, dan pada akhirnya ada umpan balik yang kita dapatkan. Ada interaksi di kolom komentar.

Jadi, ketika tidak ada mood dalam menulis, tuliskan saja. Itu cara yang paling jitu. Sebab sesuatu yang sulit dalam menulis adalah MEMULAI. Ketika sudah memulai ya lancar saja. Buktinya saya tak mengalami hambatan apapun karena saya menuliskan ini rileks saja. Tak ada beban dalam diri. Bila menulis tak ada beban, maka pembacapun tak memiliki beban.

Bagaimana menulis tanpa mood? ya tuliskan saja yang kamu alami saat ini. Semoga moodnya bisa hilang, dan anda pun senang karena bisa menulis tanpa ada mood. Sebab mood bisa diciptakan setelah kamu memulia menulis.

salam Blogger Persahabatan

Omjay

http;//wijayalabs.com

Sabtu, 19 Februari 2011

Belajar Mengajar Calon Penulis Andal

Trianto Thomas SPd

Guru SMPK Santa Maria II Malang
triantothomas.gmail.com

Budaya menulis masih menjadi sesuatu yang kurang familiar bagi siswa. Menyikapi fenomena tersebut, sebagai guru, orang tua, dan pengambil kebijakan sekolah berjuang membudayakan proses kreatif menulis. Dengan pendekatan dan pandangan yang konstruktif dunia menulis akan menjadi kegiatan rutin yang akan dilakukan oleh pemilik masa depan negeri ini.

Realitas yang ada adalah kegiatan menulis masih menjadi kegiatan yang kurang diminati, baik itu siswa maupun lingkunga kita. Semua sadar, menulis adalah proses yang kompleks, rumit dan berulang-ulang, bukan proses yang bersifat linier. Proses menulis adalah proses berpikir yang berlangsung selama kegiatan menulis (Crowhurst, 1988:7) Sebagai tindak lanjut, apa yang mesti dilakukan?

Guru sebagai motivator adalah orang yang selalu menfasilitasi kegiatan menulis siswa, harus memiliki visi jelas. Arah tujuan yang akan didapat tentunya sesuai dengan kurikulum yang sudah ditata sesuai kondisi budaya belajar di sekolah. Penulis yakin tak ada seorang guru yang tak menginginkan siswanya memiliki kesempatan dan keterampilan lebih. Jadi peran guru dari pelbagai disiplin ilmu harus memberi kesempatan agar keterampilan menulis mulai dibudayakan.

Menyadari peranan penting itu, penulis meyakini guru masih menjadi orang yang patut dijadikan teladan, kalau toh masih ada guru yang belum terbiasa menulis atau memiliki budaya menulis, semata-mata karena faktor lingkungan. Buktinya jika di lingkungan guru kebiasaan menulis menjadi target pembiasaan yang sudah dicanangkan, sekolah pastilah tak akan ada satu guru pun yang akan menghindari pembiasaan tersebut. Mungkin yang menjadi faktor penghambat adalah waktu yang kurang/tak memungkinkan guru melakukan refleksi dan proses kreatif karena terlalu banyaknya tugas dan kegiatan. Belum lagi jika kita menoleh tanggung jawab sosial guru dalam keluarga dan masyarakat.

Semua itu dapat disiasati dengan kebijakan dan pemikiran lebih arif. Pendek kata mari mencoba memfasilitasi kegiatan menulis siswa sehubungan dengan mata pelajaran yang kita ampu ini. Menyadari keterampilan menulis siswa usia remaja harus dijadikan pembiasaan, kiranya peranan orangtua pun cukup penting. Janganlah sebagai orang tua memiliki pemikiran sempit terhadap definisi belajar bagi anak. Dukung anak jika mereka mencoba untuk menulis puisi, cerita pendek, novel, ataupun karya ilmiah. Kadang ada orangtua yang menganggap kegiatan itu kurang penting! Dengan menulis, anak akan memiliki pola pikir sistematis dalam menyampaikan gagasan dan imajinasi logisnya, dengan demikian otak melakukan aktivitas mereproduksi apa yang menjadi pikirannya.

Orangtua diharap memberi dukungan baik materi (perangkat keras kegiatan menulis) maupun dorongan moral (dialog/interaksi). Memberi waktu /dukungan dengan pembimbingan secara langsung. Misalnya, dengan duduk bersama untuk melatih cara menyampaikan pikiran/gagasan dalam bentuk tulisan, mengarahkan anak untuk mencoba mengirimkan tulisan ke media yang memungkinkan hasil tulisan tersebut dipublikasikan.

Siswa harus menemukan rasa percaya dengan menanyakan pada diri sendiri jika Ayu Utami atau Dyan Nuranindya bisa menulis mengapa aku tidak? Pertanyaan itu silakan terus dikumandangkan dalam proses belajar. Dengan memiliki rasa percaya diri yang besar merupakan modal mengawali belajar menulis kian bergairah. Siswa harus mengikuti perkembangan sepak terjang penulis muda. Misalnya peserta lomba karya ilmiah, penulis teenlit, dan hasil-hasil tulisan baik dari internet, televisi, surat kabar, maupun koran. Selalu mau dan berusaha melihat karya orang lain karena dengan demikian pikiran akan mendapat informasi terbaru. Ingat tulisan yang baik adalah tulisan yang memiliki kesegaran.

Siswa harus bermental baja, tak takut gagal jika tulisannya dikirim dan masih belum mendapat kesempatan dimuat karena berbagai pertimbangan. Lakukan evaluasi dengan menenangkan diri, catatlah ide-ide yang bisa menjadi sumber inspirasi tulisan. Totalitas berpikir dan cita-cita yang jelas akan memotivasi diri. Anak akan memiliki mental yang kuat jika mengalami kegagalan, terus maju jika mendapatkan tantangan, dengan demikian kekuatan yang dibangun untuk lebih memotivasi diri akan mendongkrak jiwa ini dalam memosisikan diri sebagai calon penulis andal

http://www.surya.co.id/pendapat/untukmu-guru/belajar-mengajar-calon-penulis-andal-2.html.