Selasa, 17 November 2009

SBY, Keajaiban Blog, dan Tangisan Istri

Omjay Mengucapkan Terima Kasih
Omjay Mengucapkan Terima Kasih

Membaca Kompas cetak hari ini, Selasa 17 November 2009, tentang disfungsi presiden, presiden harus konsekuen, dan Pak SBY bicaralah yang dituliskan oleh para penulis hebat membuat saya tersulut untuk menuliskan pendapat bahwa saatnya pak SBY untuk bicara setelah mendapatkan rekomendasi dari tim delapan.

Apalagi kini kita telah sama-sama tahu bahwa kasus bibit-chamzah sangat lemah di mata hukum dan merupakan rekayasa dari para pejabat yang berkuasa agar KPK lumpuh. Tentu ini sebuah dilema bangsa yang harus membuat kita berpikir bahwa kejujuran saat ini sangat mahal harganya. Orang akan dengan sangat mudahnya bersumpah di muka pengadilan dan merasa dirinya paling benar.

Kalau saya menjadi pak SBY, saya akan bertindak hati-hati dan hal ini bisa menjadi senjata makan tuan. Apalagi teknologi informasi dan komunikasi saat ini sangat terbuka, dimana orang bisa saja cuap-cuap melalui blog dan jejaring sosialnya. Bagi saya pribadi, kekuatan para blogger dan facebooker tidak bisa dianggap enteng. Apalagi blog memiliki keajaiban yang dapat mengangkat pemiliknya menjadi seorang blogger yang dapat bermanfaat untuk orang banyak. Dikenal dan terkenal.

Itulah yang saya rasakan malam ini. Ada rasa haru dan bangga, karena baru saja diumumkan oleh dewan juri bahwa naskah buku saya yang berjudul yuk kita ngeblog! mendapatkan juara pertama tingkat SMP.

Blog memang ajaib. Media ini bukan hanya mengangkat saya menjadi pemenang pertama sayembara penulisan naskah buku pengayaan 2009, Juga blog telah membuat saya menjadi terampil menulis. Bahkan kini blog telah membuat saya menjadi kreatif menulis. Rasanya belum bisa tidur, kalau belum memposting satu tulisan untuk teman-teman di dunia maya. Teman-teman pasti menunggu tulisan-tulisan saya. Meski terkadang tulisan itu mungkin kurang bermanfaat buat orang banyak.

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Ilahi Rabbi, dalam waktu yang hampir bersamaan saya telah memenangkan dua lomba sekaligus, sebagai juara pertama nasional lomba blog balai bahasa bandung, dan juara pertama buku pengayaan 2009. Tentu ini semua bukan pekerjaan yang langsung selesai, tetapi merupakan sebuah proses perjuangan yang membutuhkan perjuangan.

Pada tengah malam sekitar jam 00.00, saya kabari istriku di rumah, dan saya katakan bahwa saya mendapatkan juara pertama. Mendengar kabar itu, sontak istriku menangis bahagia. Meskipun hanya melalui HP, kudengar isak tangisan itu begitu membahagiakan dan mengharukan. Sungguh berita yang tiada disangka, termasuk diriku sendiri. Betapa bahagianya kami. Malam itu, tanpa kami sadari, kami sama-sama menangis bahagia. Musibah yang kami alami telah diubah Allah menjadi anugerah tak ternilai. Robohnya rumah kami karena dimakan rayap yang memaksa kami juga harus mengontrak rumah petak untuk sebulan ini benar-benar membawa perasaan kami lebih berkeinginan untuk mendekat-Nya. Insya Allah, rumah rusak itu akan menjelma menjadi rumah indah yang penuh barokah karena dibangun dari isi otak karena kemurahan-Nya. Allah telah menganugerahkan limpahan rezeki kepada kami dengan jalan yang tiada terduga. Terima kasih ya Allah, karena Engkaulah kami dapat berubah dan mengubah keadaan ini. Engkau telah menunjukkan kami jalan rezeki melalui blog yang telah dikunjungi pembaca untuk berkenan berbagi. Kiranya Engkau tetap berkenan untuk meridloi blog ini agar tetap eksis di hati kami dan pembaca. Tentu kami berharap agar blog ini bermanfaat bagi kemajuan bangsa, khususnya dunia pendidikan yang sedang mulai bangun.

Melalui blog ini, dengan segala ketulusan dan keikhlasan, kami menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada pembaca. Tanpa pembaca dan motivasi Anda, kami bukanlah apa-apa. Pembaca, sedikit yang dapat kami sampaikan ini semoga menjadi sebuah pencerahan. Selain kepada pembaca, kami pun tak lupa dan melupakan jasa dan doa keluarga tercinta. Istriku, anak-anakku, ayahandamu hanya dapat mengucapkan terima kasih. Kalian adalah motivator ayahmu. Tanpamu, ayahmu bukanlah apa-apa. Jikalau ayahmu pergi, itu tidaklah bermaksud untuk menghindari kewajiban mendidikmu. Justru ayahmu pergi untuk kewajiban yang lebih besar, yakni mendidik bangsa ini agar mengenal karakter terdidik sehingga terbentuk generasi yang santun dan berprestasi. Kini doa dan dukungan kalian, sebagian telah dikabulkan Allah. Maka, ikhlaskanlah ayahandamu pergi untuk berbagi. Yakinlah, bahwa Allah itu mboten sare (tidak tidur), begitu saya meminjam istilah bahasa Jawa dari teman sekamarku, Johan Wahyudi dari Sragen Jateng, yang juga menjadi juara 1 untuk tingkat SMA.

Salam Blogger persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com


Tidak ada komentar: